Terima kasih atas kunjungan anda !!!! KAMI SIAP MENYAMPAIKAN AMANAH ANDA KEPADA YANG BERHAK

Senin, 16 September 2013

Habib Munzir Bercerita Tentang Ilmu Kiyai Muda dan kiyai Sepuh

Habib Munzir Al Musawa telah wafat sore hari, 15 September 2013 di Jakarta. Dulu dalam salah satu rihlah (even) dakwah Majelis Rasulullah SAW di luar kota, pernah mengalami kejadian yang membuat beliau sangat terkejut. Cerita ini adalah cerita nyata, benar-benar pengalaman pribadi beliau. Di mana inti ceritanya dan pesan di balik cerita ini adalah: “Jangan Suka Meremehkan Seseorang!”
Yuk, kita simak ceritanya langsung dari Habib Munzir berikut ini:

saya punya pengalaman, saya ceritakan pada anda ( untuk jadi pelajaran – red ). Ketika dalam suatu undangan, saya didudukkan di shaf pertama, dan kyai-kyai sepuh di kiri dan kanan saya, lalu ada seorang ustaz muda yang tidak menyolok, ia lebih muda dari saya dan duduk dibelakang saya, menyalami saya dengan penuh hormat lalu terus menunduk.
saya menyalaminya seperti biasa tanpa memberi penghormatan khusus sebagaimana saya menghormati ulama-ulama dan kyai sepuh.

Sepulang dari acara, orang itu sudah tiada, ia pergi membantu panitia dalam pengaturan bubarnya tamu. Lalu ia datang pada saya sebelum saya naik ke kendaraan saya, ia berkata : “Doakan saya habib, saya dangkal ilmu, doakan supaya saya bisa mengabdi pada ilmu sepanjang hidup saya, jadikan saya murid habib.., sesekali monggo ke kediaman saya dekat sini….”
Saya mendoakannya, mencium dahinya, dan memeluknya dan menyambutnya dengan hangat, dan saya katakan bahwa guru guru dan kyai-kyai di sini sudah sangat mumpuni, saya cuma ceret (teko air/kopi/teh) yang kelilingan kemana mana.

Ketika saya meninggalkan pesantren besar itu, saya tanya pada salah satu ajudan saya yang alumni pesantren itu, saya tanyakan siapa anak muda tadi yang menyalami saya sampai ke mobil itu? Maka dijawab bahwa ia adalah ustaz besar dan sudah mengarang 100 kitab lebih dengan bahasa Arab, ia kyai besar yang masyhur namun usianya masih sangat muda.
Tersirap darah saya dan sangat menyesal…, ternyata dia kyai besar yang sudah menulis 100 kitab lebih, namun budi pekertinya sangat merendah diri dan rendah hati (tawadhu’), sehingga semua orang yang tidak mengenalnya, tak akan mengira bahwa ia kyai besar.
Suatu waktu lainnya, saya kunjung pada seorang guru besar di suatu wilayah, muridnya puluhan ribu dalam majelis mingguannya setiap suatu hari di sore hari, saya lupa hari apa.
Tiada orang ceramah di majelisnya kecuali guru besar pula, dan Guru besar ini sering ‘mencoba’ jika ada habib atau ulama yang datang padanya, dan saya tidak tahu (akan hal) itu.

Saya hanya tahu kalau saya dijadwalkan ke sana dan ceramah di majelis itu….

Tuan guru itu dengan rendah hati mempersilahkan saya bicara, memang saat itu sedang ramai masyarakat merayakan haul seorang ulama masa lalu, maka ia berkata dengan lembut, “Silahkan habib.., silahkan berdiri menyampaikan ceramahnya, kami ingin menyimak ceramah habib, khususnya dalil yang bisa dipakai hujjah untuk peringatan haul….”

Lihat ucapannya, ia mengizinkan saya ceramah dengan lembut, tapi ia ingin ‘mencoba’ atau ingin tahu lebih jelas tentang dalilnya peringatan haul….

Darah saya tersirap, karena saya tidak siap membahas tentang dalil haul. Saya tidak menyangka di wilayah ini akan ditanya akan dalilnya acara haul, saat saya berdiri dan mulai tausiyah, hati saya terus mempertajam ingatan mencari dalil haul. Alhamdulillah saya mendapat bisikan luhur akan ayat yang mendukung dalil haul, dua ayat sekaligus dalam satu surat di Alqur’an.
Selepas saya ceramah, ia sungguh terperanjat, dan terus menerus mengulang ulang ucapan: “Betul itu… betul itu.. saya koq belum terfikir ke ayat itu, itu sungguh dalil haul yang terkuat, sungguh betul itu…, sungguh betul…, habib memang luar biasa….”

Dalam hati saya, saya pun tidak tahu akan ditanya soal ini di sini, dan itu datang dari bisikan illahi mengingatkan saya pada ayat itu yang tepat mengena soal dalil haul, dua ayat pula, dalam surat yang sama.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar